SUMENEP, SINERGI MADURA - Sejumlah kiai dan ulama kesohor di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menyerukan seluruh masyarakat agar menjaga lingkungan di tengah persoalan global yang semakin kuat.
Seruan maklumat menjaga lingkungan itu disampaikan oleh para kiai dan ulama saat menghadiri acara istigasah kubra di Masjid Zainal Abidin, Dusun Tapakerbau, Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura.
Diketahui, istigasah kubra digelar sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat desa setempat yang telah getol menolak upaya reklamasi laut menjadi kawasan tambak garam oleh investor dan pemerintah desa.
Baca Juga: Tak hanya Sate Madura, Inilah 5 Makanan khas Madura enak dan lezat yang wajib kamu coba!
Berdasarkan pantauan media, tak kuran dari 1500 warga dari empat kecamatan yakni Dungkek, Gapura, Batang-Batang dan Batuputih tampak memadati acara istigasah kubra ini.
Selain itu, ratusan aktivis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan yang lain juga tampak kompak hadir dalam acara ini.
Dari kalangan kiai dan ulama juga hadir Pengasuh Ponpes Assadad, Ambunten, KH Thaifur Ali Wafa, Rais Syuriah PC NU Sumenep, KH Hafidzi Syarbini, Ketua PC NU Sumenep, KH Panji Taufiq, KH Imam Hendriyadi, dan sejumlah kiai NU se Timur Daya diantaranya KH Roji Fawaid Baidlowi, KH Ali Mukafi, KH. Hatim Al-Ashom, dan KH. Syarbini.
Baca Juga: SOAL: Apa kompenen minimum modul ajar? Berikut jawabannya
”Istigasah dan doa bersama ini sangat berarti bagi kami khususnya warga Desa Gersik Putih yang selama ini berjuang melindungi laut dari rencana reklamasi. Atas nama warga dan pengundang kami sampaikan terima kasih,” ujar Kiai Sahe Yusuf.
Dalam sambutannya di hadapan ribuan jemaah, K Sahe menceritakan tiga bulan terakhir warga di desanya tidak berhenti berjuang menolak rencana reklamasi. Bagi warga, 42 hektar kawasan pantai atau laut yang akan direklamasi untuk dibangun tambak garam sangat berarti, sebab merupakan sumber kehidupan.
”Darisana, setiap hari warga disini mencari makan. Disana (laut), ruang hidup dan sumber penghasilan terutama ketika musim hujan. Kalau dibangun tambak, habis tidak ada lagi,” tegasnya.
Baca Juga: Festival Jaran Serek Pikat Mata Ribuan Masyarakat Sumenep
Tak hanya itu, kata Kiai Sahe, lingkungan sekitar juga akan terancam manakala dialihfungsikan menjadi tambak garam.
”Di bulan-bulan tertentu ketika air pasang, sekarang rutin dilanda banjir rob. Apalagi, ketika sudah ditambak,” tambahnya.
Artikel Terkait
Rumah Warga Gersik Putih Sumenep Tergenang Air, Diduga Akibat Tanggul Tambak Jebol
Dinilai Cemarkan Lingkungan, Warga Gersik Putih Sumenep Tolak Pembangunan Tambak
Warga Gersik Putih Ngadu ke DPRD Sumenep, Minta Pembangunan Lahan Tambak Garam 41 Hektar Dihentikan
Warga Protes, Puluhan Hektar Lahan di Kawasan Pantai Desa Gersik Putih Dikuasai Perorangan
Penerbitan SHM 21 Hektar Lahan Pantai Desa Gersik Putih Janggal, BPN Sumenep akan Lakukan Investigasi
Warga Desa Gersik Putih Hentikan Paksa Pembangunan Tambak Garam
Parah, Warga Gersik Putih Sumenep Dilaporkan ke Polisi Gegara Gencar Tolak Reklamasi Pantai Jadi Tambak Garam
Warga Desa Gersik Putih Demo BPN Sumenep, Tuntut Pembatalan SHM
Perjuangan Warga Desa Gersik Putih: Menegakkan Keadilan Lahan dan Memelihara Lingkungan
Warga Gersik Putih Sumenep Kembali Tolak Pekerjaan Reklamasi Pantai, Pekerja Diusir Paksa
Besok, Ribuan Warga dan Kiai akan Menggelar Istigasah di Desa Gersik Putih