SINERGI MADURA - Istilah Kristen Muhammadiyah atau Krismuha belakangan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial Twitter.
Semua berawal dari acara bedah buku bertajuk Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan yang digelar pada Senin, 22 Mei 2023, di Kantor Kemendikbudristek.
Buku ini merupakan hasil penelitian dari Abdul Mu't dan Fajar Riza Ulhaq, dimana Abdul Mu'ti menjabat sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, sedangkan Fajar Riza Ulhaq sebagai Ketua LKKS PP Muhammadiyah.
Baca Juga: Gegana Mikirin Berat Badan, Inilah 6 Rekomendasi Teh Hijau Penurun Berat Badan, Dijamin Mantul!
Varian Kristen Muhammadiyah atau Krismuha memicu tanggapan yang beragam dari warganet di Twitter, beberapa di antaranya menunjukkan kekhawatiran terhadap istilah tersebut.
Namun, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal, menjelaskan bahwa istilah tersebut sebenarnya bersifat sosiologis.
"Istilah Kristen Muhammadiyah atau Krismuha hanya merupakan identifikasi sosiologis, dan tidak ada hubungannya dengan teologis atau akidah" tutur Fathurrahman. Dikutip dari laman Muhammadiyah (03/06/2023).
Baca Juga: Inilah 4 Universitas di Madura Berbasis Nilai Keislaman, Urutan Terakhir Dijamin Bikin Betah!
Ia juga menjelaskan bahwa istilah tersebut sama seperti istilah lainnya seperti Munu (Muhammadiyah-NU), Musa (Muhammadiyah-Salafi), dan sebagainya.
Sebelumnya, pengarang buku tersebut, Fajar Riza Ulhaq, menjelaskan bahwa fenomena munculnya varian KrisMuha dapat dijelaskan dari adanya interaksi yang intens antara siswa-siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
“Itu mereka nyaman dengan Islam yang mereka dapatkan di kampus, karena tidak ada intimidasi, pemaksaan, tidak ada bully hanya karena beda kepercayaan. Mereka nyaman dengan toleransi Muhammadiyah,” ungkap Fathur.
Baca Juga: Rupiah Cepat Pinjol Legal atau Ilegal? Ini Penjelasannya
Lebih lanjut, Fathurrahman Kamal berpendapat bahwa ramainya perbincangan di media sosial terkait istilah Kristen Muhammadiyah atau Krismuha kemungkinan disebabkan oleh lemahnya literasi,
yang kemudian dihadapkan pada realitas dunia maya yang begitu kompleks.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar para netizen tidak terlalu baper atau merasa terganggu dengan istilah tersebut.
Artikel Terkait
BIADAB! Aksi Grooming Seorang Ayah hingga Gauli Anak Tirinya sampai 10 Kali, Ternyata Kejadiannya....
Cak Islah Bahrawi Angkat Bicara Soal Maraknya Aksi Pencabulan oknum Kiai dengan Modus Agama
Kasus Poliandri Viral! Begini Kisah Ibu Siti dengan Kedua Suaminya, 'Jatah' Tetap Jalan
Libur Panjang Awal Juni 2023, Begini Keputusan SKB 3 Menteri Lengkap Daftar Cuti Bersama
7 Rekomendasi SMA Terbaik 2023 di Kota Malang, Nomor 6 Segini Jumlah Siswa dan Gurunya!
Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2 di Kabupaten Bantul
Dilatih Legenda Sepak Bola Dunia, 4 Tim Tutup Rangkaian BRImo Future Garuda dengan Fourfeo Cup
Sebelum Ibu Siti, Inilah 5 Kasus Praktik Poliandri yang Pernah Terjadi di Indonesia, Salah Satunya di Madura
Cek Lowongan Kerja PT Kereta Api Indonesia Untuk Lulusan SMA, SMK, D3 dan S1
Deretan SMA Terbaik di Malang, Sekolah Favoritmu yang Mana?